Reportaseunsantaranews.Com, Cimahi - Lapangan Pemerintah Kota Cimahi hari ini bertransformasi menjadi panggung megah bagi para pecinta unggas istimewa. Riuh rendah kokok ayam, kilau bulu warna-warni, dan semangat komunitas berpadu dalam Kontes Ayam Hias Piala Walikota Cimahi, sebuah perayaan yang lebih dari sekadar lomba kecantikan unggas.
Ratusan peserta dari berbagai wilayah Indonesia, bahkan sejauh Sumatera dan Kediri, membanjiri lokasi
acara. Mereka tak hanya membawa ayam-ayam terbaik, tetapi juga semangat untuk mengangkat ayam hias sebagai bagian dari roda ekonomi kerakyatan yang potensial.
Acara ini secara resmi dibuka oleh Harjono, Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Cimahi, mewakili Walikota Cimahi. Didampingi Kepala Dinas Pangan dan Pertanian serta Camat Cimahi Utara, Ruly, kehadiran para pejabat ini menunjukkan dukungan kuat Pemkot terhadap sektor hobi yang berpeluang menjadi industri kreatif baru.
"Alhamdulillah, di tengah padatnya agenda, Cimahi bisa diramaikan oleh kontes ayam yang penuh warna ini," ungkap Harjono.
Ia menekankan, kontes ini bukan hanya ajang pameran, melainkan juga pemicu munculnya peluang ekonomi rakyat yang nyata.
Dukungan Walikota Cimahi bukan tanpa dasar. Setelah menyaksikan langsung keindahan ayam hias di Alam Wisata, beliau terinspirasi untuk memberi ruang kepada komunitas pencinta ayam hias. Maka, Lapangan Apel Pemkot pun dibuka sebagai panggung kontes bergengsi ini.
Bima Akila, Ketua Asosiasi Pecinta Ayam Hias Indonesia, menyebutkan bahwa industri ini menyimpan potensi luar biasa. “Masih banyak yang belum tahu, ada banyak peluang kerja dari dunia ayam hias—mulai dari pembuatan kandang, produksi pakan, hingga menjadi keeper,” tuturnya.
Deretan ayam hias yang tampil di kontes ini benar-benar memikat: Ayam Onagadori yang berekor panjang dari Jepang, Ayam Sawo yang eksotis, hingga Ayam Amerika yang gagah. Namun, sorotan utama jatuh pada Ayam Black Sumatra, ayam asli Indonesia yang pernah dikabarkan punah dan kini kembali tampil dengan bangga di tanah air.
Keikutsertaan dalam kontes ini pun terjangkau—cukup dengan Rp50.000, para peserta bisa memperlihatkan kebanggaan mereka di hadapan juri dan publik. Tapi lebih dari sekadar kompetisi, acara ini menjadi ruang silaturahmi antar-penghobi, arena bertukar ilmu, dan yang terpenting, ladang tumbuhnya ekonomi kreatif berbasis komunitas.
Melihat geliat dan antusiasme yang ada, tak berlebihan jika dikatakan bahwa ayam hias bukan lagi sekadar hobi—melainkan harapan baru bagi kemandirian ekonomi rakyat.(Adang.R)